KALTENGKITA.COM-Salah satu pengobatan yang menyedot biaya besar bagi BPJS Kesehatan adalah insulin untuk penderita diabetes. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini sedang mengerjakan penelitian biosimilar insulin. Jika berhasil jadi produk siap pakai, diharapkan bisa menekan ongkos pengobatan insulin selama ini.
Peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN Dini Nurdiani mengatakan, menurut beberapa literatur jumlah penderita diabetes diperkirakan terus meningkat hingga 2045. Indonesia sendiri saat ini menduduki peringkat lima kasus diabetes terbesar di dunia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes 2018 prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 8,5 persen. Akibatnya, biaya obat penanganan diabetes oleh BPJS Kesehatan cukup tinggi.
Dini mengatakan, tiga dari top 10 generic drugs di Indonesia analog insulin. “Semuanya disediakan melalui impor,” katanya kemarin (25/10).
Sehingga tidak strategis untuk kemandirian penyediaan obat diabetes di Indonesia. Untuk itu Dini mengatakan BRIN ingin berkontribusi dalam penyediaan insulin produksi dalam negeri.
“Untuk itu saat ini dilakukan penelitian pengembangan biosimilar insulin,” jelasnya.
Penelitian ini memiliki target fokus pada tiga jenis insulin dan analognya. Yaitu Humulin, glargine, dan aspart. Kemudian menghasilkan enzim-enzim pendukung untuk pematangan insulin, yaitu tripsin dan kex2-endoprotease.
Dini mengatakan untuk produksi human rekombinan skala besar, sudah disiapkan dua sistem utama. Yaitu menggunakan sistem E. coli dan yeast (ragi) Saccharomyces cerevisiae. Dia menjelaskan tahapannya adalah sistem E. coli proses insulin prekursor dijalankan untuk membentuk inclusion body.
Sedangkan pada sistem yeast Saccharomyces cerevisiae precursor insulinnya disekresi ke supernatan kultur. Kemudian dikonversi menjadi human insulin melalui proses reaksi enzimatik.
“Selanjutnya, purifikasinya memerlukan beberapa tahapan,” jealsnya.
Menurut Dini sejak awal kegiatan penelitian tersebut dikerjakan secara konsorsium dan menjadi salah satu prioritas riset nasional (PRN). “Sejak 2019 diskusi pembentukan konsorsium pengembangan biosimilar insulin sudah dilakukan melibatkan sejumlah instansi,” katanya.
Diantaranya adalah LIPI dan BPPT yang sekarang melebur menjadi BRIN. Kemudian melibatkan juga ITB, UGM, serta Unair.
Lembaga lain yang ikut riset ini adalah Biofarma serta melibatkan BPOM mewakili regulator. Tahapan akhir dari riset ini adalah perizinan di BPOM. (Redk-2)