BATU di saluran kemih termasuk salah satu penyakit yang sering ditemui. Tak terbatas pada laki-laki atau perempuan. Keduanya memiliki risiko yang dipengaruhi gaya hidup dan metabolisme tubuh. Antara lain, kurang minum atau sering menahan buang air kecil. Saluran kemih terdiri atas ginjal, saluran ureter atas dan bawah, kandung kencing, dan uretra atau saluran pembuangan. ”Pembentukan batu biasanya terjadi di ginjal. Namun, letaknya saat ditemukan bisa di ginjal hingga uretra,” ucap dr Firdianto SpU.
Gejalanya bisa beragam. Bisa jadi, pasien tidak mengalami gejala apa pun. Namun, ada pula pasien yang mengalami mual dan muntah, nyeri pinggang, hingga kencing berdarah. ”Nah, ini yang jadi tugas kita, mengenali ini batu infeksi atau keganasan kanker,” sambung dokter spesialis urologi Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta, itu.
Pemeriksaan dilakukan dengan tes urine dan CT urologi. Jika ditemukan batu, hasil CT akan menunjukkan letak dan ukuran batu. Ukuran batu di bawah 5 mm dan terletak di uretra biasanya cukup diobservasi. Batu bisa keluar dengan sendirinya lewat saluran kencing. ”Selama tidak terlihat gangguan fungsi ginjal, tidak ada sumbatan, tidak ada infeksi,” imbuhnya.
Observasi dilakukan selama 1–1,5 bulan. Lokasi batu juga menentukan pemberian obat. Apakah cukup obat nyeri atau perlu diberi obat prostat. ”Kalau di saluran, biasanya diberikan obat prostat untuk memudahkan proses pengeluaran batu,” sambungnya.
Semakin besar ukuran batu, penanganan yang diberikan lebih invasif. Di antaranya, ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy) atau penembakan dengan sinar dari luar tubuh. Kemudian, URS & RIRS (ureteroscopy and retrograde intrarenal surgery), yaitu penembakan dengan laser dan pengambilan batu dengan alat kecil.
Selanjutnya, PCNL (percytaneous nephrolithotomy) atau mirip dengan pengeboran yang menembus kulit sampai ke ginjal untuk pengambilan batu. Ada pula cystolithostripsy, yaitu tindakan pemecahan batu di bawah 3 cm dan dikeluarkan dengan kateter. Terakhir, ada laparoskopi yang dilakukan dengan operasi lewat tiga lubang kecil untuk membuka ureter, kemudian mengeluarkan batu secara utuh.
Gangguan kencing lain yang perlu disoroti adalah infeksi saluran kemih (ISK) atau cystitis. Dokter spesialis urologi Mayapada Hospital Surabaya dr Satrya Husada SpU mengatakan bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi. ”Ini karena secara anatomi, saluran yang dimiliki perempuan lebih pendek daripada laki-laki,” jelasnya.
Hal itu mempermudah masuknya bakteri dari luar tubuh ke saluran kemih. ”Apalagi saat menstruasi, keputihan, masa subur. Itu mempermudah masuknya bakteri ke tubuh,” tambahnya. Satrya mengingatkan perempuan usia 25–45 tahun memiliki potensi lebih tinggi. ”Gejalanya juga muncul rasa sakit, kencing darah, atau kencing makin sering dari biasanya,” tegasnya. Faktor risiko pada perempuan usia lanjut bukan berarti lebih rendah. Adanya perubahan hormon saat memasuki menopause juga bisa membuat perempuan tetap rentan terjangkit ISK.
ISK perlu ditangani dengan tepat. Pemeriksaan kultur urine bisa membantu pasien dan dokter mengenali bakteri penyebab ISK. ”Nah, pengobatan bisa lebih tepat sasaran. Bakterinya apa, diobati dengan antibiotik yang tepat,” tuturnya.
Selain batu ginjal dan infeksi, gangguan kencing juga bisa disebabkan tumor atau kanker. Gejalanya dikenal sebagai lower urinary tract symptom (LUTS), yaitu gangguan berkemih. Bentuknya berupa sulit menahan kencing, sulit kencing, kencing berdarah, atau sperma berdarah.
Kanker prostat menjadi salah satu momok bagi pria yang memasuki usia 50 tahun. ”Seiring bertambahnya usia, prostat membesar itu sudah natural terjadi,” jelas dr Syamsu Hudaya SpU, dokter spesialis urologi dan konsultan onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan.
Namun, pembengkakan prostat bisa juga dipengaruhi kanker. Oleh sebab itu, Syamsu menegaskan pentingnya pemeriksaan prostat saat masuk usia 50 tahun. ”Pria yang ada riwayat kanker prostat di keluarganya, usia di atas 45 tahun sebaiknya periksa,” imbuhnya.
FAKTOR RISIKO PENYAKIT KANDUNG KEMIH APA SAJA?
BATU DI SALURAN KEMIH
– Riwayat keluarga dengan batu ginjal
– Menjalani diet tertentu, seperti protein, garam, dan natrium tinggi
– Obesitas
– Kondisi medis lainnya seperti sistinuria, asidosis tubulus ginjal, infeksi saluran kemih yang terjadi berulang, dan hiperparatiroidisme
INFEKSI SALURAN KEMIH BAGIAN BAWAH
– Aktif berhubungan seksual
– Penggunaan spermisida
– Memiliki pasangan seksual baru
– Memiliki ibu dengan riwayat infeksi saluran kemih (ISK)
– Riwayat ISK pada masa kanak-kanak
– Riwayat ISK sebelum menopause, inkontinensia, vaginitis atrofi karena defisiensi estrogen, peningkatan volume urine pasca berkemih, dan penggunaan kateter
KANKER PROSTAT
– Pria memasuki usia di atas 50 tahun
– Memiliki riwayat kanker prostat di keluarga. Disarankan mulai lakukan pemeriksaan di usia 45 tahun ke atas
– Obesitas
– Merokok
*Diolah dari website Mayapada Hospital