PALANGKA RAYA,KALTENGKITA.COM-Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang sudah mereda, pemerintah daerah kembali memaksimalkan upaya penanganan penyakit Tuberkulosis (TBC).
Menanggapi hal ini, Anggota Komisi C DPRD Kota Palangka Raya, Beta Syailendra, mengatakan dari indikator utama program TBC di tahun 2021 ini sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan pada masa awal pandemi tahun 2020. Ditargetkan akan meningkat dan lebih baik lagi di tahun 2022.
“Strategi surveilans TBC harus dipersiapkan di masa peralihan pandemi Covid-19 menjadi endemi, sehingga progress yang terus meningkat dapat terlihat dan berkelanjutan,” papar Beta, Jumat (10/6/2022).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, ia menyampaikan jika Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang menjadi negara dengan penderita Tuberkulosis (TBC) tertinggi ketiga di dunia setelah China.
Ia melanjutkan, salah satu komponen utama dalam mendukung capaian program penanganan TBC adalah sarana pemeriksaan laboratorium. Ini berdasarkan Surat Edaran Dirjen P2P No. 936 tahun 2021 tentang Perubahan Alur dan Pengobatan Tuberkulosis Test Cepat Molekuler (TCM) yang dijadikan sebagai alat diagnostik utama.
“Untuk fasilitas TCM sudah tersedia di seluruh kabupaten di Kalteng, sedangkan untuk pengobatan TBC Resisten Obat (RO) masih terkonsentrasi di Kota Palangka Raya dan Pangkalan Bun,” jelasnya.
Lebih lanjut Beta mengatakan, saat ini di Kalteng tersedia 20 alat TCM yang tersebar di seluruh RSUD kabupaten/kota, dan salah satunya ada di RSUD Doris Sylvanus Kita Palangka Raya. Selain itu terdapat lima alat TCM tambahan yang satu diantaranya juga dioperasikan di salah satu Puskesmas di Kota Palangka Raya.
Ini merupakan suatu pencapaian yang baik dalam upaya mendeteksi pasien TBC, namun disisi lain prioritasnya adalah untuk meningkatkan utilisasi penggunaan TCM secara merata di semua lokasi Laboratorium TCM. Karena berdasarkan data terakhir, untuk wilayah yang ada di Kalteng utilisasi TCM masih di bawah 20 %, meskipun untuk di Kota Palangka Raya sendiri sudah diatas 29%.
Sementara itu Beta menambahkan, penyakit TBC merupakan salah satu komorbid yang bisa memperburuk kondisi pasien yang terpapar virus Covid-19, karena itulah pasien dengan TBC mendapat perhatian karena memiliki resiko tinggi.
“Surveilans perlu terus ditingkatkan guna melakukan pencatatan dan pelaporan yang real time terhadap jumlah pasien TBC, yang masih dalam pengobatan dan yang sudah sembuh, nantinya ini berpengaruh terhadap tingkat capaian pemberian imunisasi,” pungkasnya. (Redk-2)