Tak Hanya Minuman Manis, Generasi Muda Juga Harus Bijak Garam

KALTENGKITA.COM-Kebiasaan makan dan minum manis, asin, dan tinggi lemak berlebihan membuat seseorang terancam penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes. Karena itu, bukan hanya minum minuman atau makanan manis, generasi muda juga diimbau bijak garam.

Data Kementerian Kesehatan mengatakan sebanyak 61,27 persen penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari setiap hari. Sebanyak 30,22 persen orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu. Sementara hanya 8,51 persen orang mengonsumsi minuman manis kurang dari 3 kali per bulan (Riskesdas, 2018).

Data tahun 2015 menunjukkan prevalensi berat badan berlebih pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 8,6 persen pada 2006 menjadi 15,4 persen pada 2016. Sementara prevalensi obesitas pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 2,8 persen pada 2006 menjadi 6,1 persen pada 2016.

Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10 perseb dari total energi (200kkal). Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari. Sedangkan anjuran konsumsi garam adalah 2000 mg natrium per orang per hari. Konsumsi garam tersebut sama dengan 1 sendok teh garam per orang per hari atau 5 gram per orang per hari.

Melalui acara Indonesia Millenial & Gen-Z Summit (IMGS) 2022, melalui menu-menu Dapur Umami yang bergizi seimbang dan disesuaikan dengan kampanye terbaru Bijak Garam supaya anak muda bisa menerapkan makanan yang lebih sehat dengan pengurangan asupan garam. Caranya dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam mengolah makanan, namun tetap bisa memperoleh cita rasa yang tinggi dengan menambahkan sumber umami seperti MSG.

“Selain dari asupan makanan untuk bijak garan, kami juga mengajak generasi muda untuk lebih #SiapBergerak dan memperbanyak olahraga supaya lebih bugar dalam menjalani aktivitas sehari-hari,” kata Grant Senjaya dari PT Ajinomoto Indonesia.

Apa Kata Ahli Gizi?

Ahli gizi dr. Al Mukhlas Fikri, S. Gz., M.Si mendukung anak-anak mengonsumsi sayur dan kampanye Bijak Garam. Sehingga sejak dini atau usia anak, penting untuk diedukasi tentamg diet rendah garam dan mengajak keluarga untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam mengolah makanan.

“Dan tetap untuk usahakan reduksi garam dan ganti dengan MSG. Misalnya tadinya 1 sendok teh garam, sekarang jadi setengah sendok teh saja garamnya lalu ganti dengan MSG,” jelasnya.

Para ibu rumah tangga disarankan untuk mengurangi atau reduksi penggunaan garam dengan MSG. Pasalnya, kesalahan dalam memasak, kata dia, para ibu menggunakan terlalu banyak garam plus ditambah lagi dengan MSG.

“Reduksi garam, ganti garam yang tadinya 1 sendok teh, ganti dengan MSG, setengah sendok saja garamnya. Kita harus mereduksi natrium,” jelas Mukhlas.

“Kesalahan saat memasai, tadinya sudah pakai banyak garam melebihi batasan lalu ditambah lagi dengan MSG. Itu hal yang salah,” paparnya.

Lalu berapa batasan penggunaan garam setiap hari?

Mukhlas menjelaskan batasan penggunaan garam yang tepat adalah 5 gram atau 1 sendok teh per hari. Sebab jika kekurangan garam pun, kata dia, akan membuat tubuh terdampak masalah kesehatan.

“Garam juga dibutuhkan oleh tubuh tetapi dengan batasan 5 gram. Jika kurang garam maka tubuh akan mengalami hiponatremia yakni kondisi kandungan garam di darah kurang. Efeknya lemas, gemetar, dan tak berdaya. Maka penting untuk bijak dalam penggunaan garam,” tegasnya. (Redk-2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *