“Setiap negara memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam menghadapi risiko ancaman krisis. Melalui kerja bersama, kolaborasi, dan gotong royong antar negara diharapkan dapat meningkatkan daya respons setiap negara untuk menanggulangi permasalahan global,” urai Puan.
“Hal ini dapat kita lakukan hanya bila kita memperlakukan Sidang Forum G20 ini dengan komitmen yang kuat untuk menyelamatkan nasib dunia yang ditentukan oleh keputusan-keputusan yang akan kita diambil,” imbuh mantan Menko PMK itu.
Puan mengingatkan, masyarakat dari seluruh negara memiliki harapan besar agar G20 berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai krisis yang melanda dunia. Krisis yang dihadapi dunia tak hanya Pandemi Covid-19, tapi juga beberapa permasalahan lainnya.“Seperti ketegangan geopolitik, perubahan iklim, kelangkaan pangan dan energi, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi tinggi,” ungkap Puan.
Cucu Proklamator RI Bung Karno ini menambahkan, setiap negara juga sedang mengambil respons dan mitigasi kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan kebijakan di sektor keuangan.
Menurut Puan, hal tersebut dilakukan untuk menghadapi berbagai kemungkinan stagflasi yang dapat berdampak pada perekonomian dalam negeri yang tidak kondusif dalam menjalankan pembangunannya.P20 tahun ini mengambil tema ‘Stronger Parliament for Sustainable Recovery’ yang disusun sejalan dengan tema Presidensi G20 Indonesia yaitu ‘Recover Together, Recover Stronger’.
Sebagai salah satu engagement Group G20 guna membawa elemen demokrasi dan memperkuat akuntabilitas agenda G20, P20 disebut Puan dapat berperan untuk memberikan perspektif parlemen terhadap isu-isu global.“Untuk memberikan kontribusi dalam menjembatani perbedaan antar negara karena parlement is part of the solution. Kemudian memperkuat interaksi dan jejaring antara para Ketua parlemen negara-negara G20 dan negara-negara mitra,” paparnya.