KALTENGKITA.COM-Gabunhan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) merespons anggapan bahwa penerapan program biodiesel mengganggu pasokan crude palm oil (CPO), sehingga harga minyak goreng melambung.
Sekretaris Jendral GAPKI Eddy Martono mengatakan, tingginya harga minyak goreng disebabkan kenaikan harga minyak kelapa sawit -bahan baku minyak goreng- yang signifikan.
“Yang menyebabkan harga minyak goreng tinggi memang karena harga minyak nabati internasional sedang tinggi,” kata Eddy dalam keterangannya, Senin (7/2).
Eddy juga membantah bahwa pengusaha lebih tertarik memberikan suplai untuk biodiesel ketimbang untuk minyak goreng. Sebagaimana diketahui, program biodiesel 30 (B30) sendiri bersifat perintah atau mandatory. Sehingga, volumenya telah ditentukan oleh pemerintah.“Program B30 itu bersifat mandatory dan volume ditentukan pemerintah,” ucapnya.
Sementara, menurut Peneliti Senior LPEM FEB-UI Mohamad Revindo, persoalan minyak goreng disebabkan karena Kementerian Perdaganganan (Kemendag) tidak efektif dalam mengatur distribusi.
“Kementerian Perdagangan seharusnya menjalankan operasi distribusi secara menyeluruh di titik-titik yang teridentifikasi sangat kekurangan pasokan dengan pengawasan yang super ketat. Tidak serta-merta menerima alasan para produsen dengan begitu saja,” tuturnya.
Sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Komisi VII, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, program biodiesel (B30) menjadi salah satu penyebab tingginya permintaan minyak kelapa sawit. Hal ini pada akhirnya memengaruhi harga minyak goreng. (Redk-2)